Kamis, 27 Februari 2025

Skala Ekonomi dan Volume Sampah Jadi Kendala dalam Pengolahan Sampah Elektronik



Banda Aceh
- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa pengolahan sampah elektronik di Indonesia masih terkendala oleh skala ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh volume sampah yang belum cukup besar, serta biaya pengolahan yang cukup mahal.

"Pengolahan sampah elektronik seharusnya menjadi bagian dari rantai pasok industri, namun di Indonesia hal ini belum berkembang dengan baik," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Kamis.

Handoko menjelaskan bahwa kondisi ini menyebabkan banyak sampah elektronik berhenti di pengepul dan penyortir sebelum akhirnya diekspor ke luar negeri, seperti Tiongkok, untuk diolah secara masif. Seiring dengan berkembangnya berbagai jenis elektronik, masalah ini bisa memberi dampak buruk pada lingkungan, karena sampah elektronik mengandung logam dan mineral yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan benar.

Jenis sampah elektronik yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah papan sirkuit bekas dari perangkat elektronik konsumen, seperti gawai. "Meskipun saya tidak memiliki datanya, kemungkinan besar jenis sampah elektronik yang dominan adalah papan sirkuit bekas," ujarnya.

Handoko menekankan pentingnya pengolahan sampah elektronik yang tepat. "Penting untuk mengekstraksi sampah elektronik menggunakan metode yang benar, sehingga logam berbahaya dan bahan lainnya dapat dimanfaatkan kembali atau dibuang dengan aman tanpa mencemari lingkungan," tambahnya.

Untuk mengatasi masalah ini, BRIN sedang mengembangkan teknologi ekstraksi yang efisien dan murah untuk pengolahan sampah elektronik. Penelitian terkait teknologi ini dilakukan bersama Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN.

"Karena volume sampah elektronik di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan negara lain, saat ini kita perlu fokus pada pengumpulan dan penyortiran. Jika belum memenuhi skala ekonomi, terpaksa sampah tersebut diekspor ke negara dengan industri ekstraksi yang lebih maju, seperti Tiongkok," kata Handoko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Srikandi Goes to Campus”: PLN Edukasi Keselamatan Listrik, Kepedulian Lingkungan, dan Dorong Generasi Muda Temukan Passion Sejak Dini

Aceh, 22 Mei 2025 – Dalam upaya memperkuat peran perempuan dan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, Srikandi PLN UID Aceh menggel...