Aceh Barat  - Sekitar 500 ton sekam padi setiap bulan kini dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur atau cofiring batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, Aceh.

"Khusus limbah sekam padi kita memasok ke PLTU sebanyak 500 ton per bulan. Insya Allah terpenuhi semuanya, karena bahan baku kita ada," kata pemilik PT Kurma Karya Global Muzakir di Meulaboh, Aceh Barat, Jumat.

Kurma Karya Global merupakan salah satu mitra PLN yang mulai memasok biomassa sekam padi ke PLTU Nagan Raya sejak 2023.

Tidak hanya sekam padi, mereka juga memasok limbah serbuk kayu (sawdust), kulit ari kopi, cangkang sawit, dan serpihan kayu (woodchips).

Menurut dia, program cofiring biomassa secara perlahan mengubah pola pikir masyarakat yang sebelumnya memperlakukan sekam padi hanya sebagai limbah untuk dibuang dan dibakar begitu saja. Limbah tersebut kini memiliki nilai ekonomi dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

"Bahan baku biomassa ini sangat tercukupi, karena kita ambil dari Pidie, Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan khusus cangkang kopi kita ambil dari Bener Meriah dan Aceh Tengah," ujarnya.

Saat ini, lanjut Muzakir, PT Kurma bisa mempekerjakan sekitar 50 orang untuk mengumpulkan dan mengangkut sekam padi ke PLTU.

Belum lagi, ada warga yang kadang datang sendiri untuk bekerja mengumpulkan sekam padi, dan mereka tidak terdata di perusahaan.

Latar belakang warga yang bekerja tersebut beragam, mulai dari ibu rumah tangga, janda korban konflik, dan pasukan inong balee (perempuan) GAM.

Ia mengatakan rata-rata para pekerja mendapat upah dari mengumpulkan sekam Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari, tergantung jumlah karung yang berhasil diisi dengan sekam padi.

"Kami bayar Rp3.000 per karung dengan berat 30 kilogram, kadang ada dari mereka kumpul sampai 100 karung," katanya.

Pengumpul sekam padi asal Desa Ranto Panjang Timur, Aceh Barat, Rini Andriati (36) mengatakan mulai bekerja mengumpulkan sekam padi sejak Oktober 2024.

Selain mengumpul sekam padi, ia tak memiliki pekerjaan tetap lain, hanya kadang kala jadi buruh kasar di sawah.

Rini Andriati (kiri) bersama warga lainnya mengumpulkan limbah sekam padi untuk kebutuhan sumber energi terbarukan di Desa Pasie Teungoh, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (29/4/2025). 

Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan sekam padi berkisar 70 hingga 100 karung. Upah yang diterima beragam, mulai Rp100 ribu sampai Rp200 ribu per hari.

"Alhamdulillah, upahnya cukup membantu memenuhi kebutuhan keluarga, untuk anak sekolah, beli baju sekolah dan buku sekolah anak yang mau masuk SD," ujarnya.

Selanjutnya: Kebutuhan Biomassa

Kebutuhan Biomassa

Asisten Manajer Operasi PLTU Nagan Raya Azie Anhar mengatakan mulai implementasi program cofiring biomassa sejak Desember 2021.

Pada 2022, mereka memulai dengan biomassa jenis cangkang sawit, kemudian juga cofiring menggunakan sekam padi dan sawdust pada tahun berikutnya, serta cofiring menggunakan woodchips pada 2024.

Pada tahun ini, lanjut Azie, PLTU Nagan Raya juga telah melakukan uji coba implementasi cofiring dengan menggunakan biomassa cangkang kopi.

"Untuk sejauh ini total green energi yang sudah dihasilkan dari PLTU semenjak menggunakan biomassa tersebut sekitar 31.000 MWh green," ujarnya.

Menurut Azie, program cofiring biomassa di PLTU berperan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, dan juga mendukung program net zero emission yang tengah digalakkan pemerintah.

Upaya ini juga untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan melalui substitusi sekitar 3-10 persen dari batu bara, tanpa memerlukan perubahan yang besar pada peralatan yang ada pada PLTU.

Ia menjabarkan saat ini kebutuhan biomassa PLTU Nagan Raya berkisar antara 100 hingga 200 metrik ton (MT) per hari.

Volume kebutuhan tahunan biomassa menunjukkan tren yang dinamis, pada tahun 2022 berkisar 10.627 ton, di tahun 2023 menurun karena fluktuasi harga cangkang sawit menjadi hanya sekitar 4.373 ton, dan kembali meningkat jadi 19.109 ton pada 2024.

Sedangkan, pada 2025, hingga April, realisasi volume biomassa telah mencapai 8.393 ton.

Azie menyebut potensi biomassa di Aceh sangat besar dan beragam, mulai dari limbah pertanian maupun limbah industri, seperti cangkang sawit, sekam padi, sawdust, dan cangkang kopi.